West Sumatera International Yacht Rally 2022 Di Kota Gunungsitoli

 

Kota Gunungsitoli menjadi salah satu daerah yang dikunjungi para peserta West Sumatera International Yacht Rally (SIYR) 2022. Sejak Jumat (01/04/2022), satu persatu kapal layar yang dikenal dengan sebutan Yacht tersebut mulai berlabuh di perairan wilayah Kota Gunungsitoli. Ada 7 kapal layar yang berisi 18 peserta Yacht. 

Sumatera International Yacht Rally adalah event kegiatan untuk para wisatawan asing dengan menggunakan kapal layar mengunjungi daerah-daerah di wilayah Sumatera. Untuk di Kota Gunungsitoli ada beberapa tempat yang akan di kunjungi oleh para peserta, yakni hari pertama pada Jumat para peserta West Sumatera International Yacht Rally disambut dengan suguhan atraksi seni dan budaya yang dibawakan oleh Sanggar Museum Pusaka NIAS sebagai bentuk keramahan adat istiadat Ono Niha (masyarakat Njas) dalam menerima tamu.

Lalu hari ke dua, Sabtu (02/04/2022) peserta Sumatra International Yacht Rally mengunjungi Desa Tumöri, desa dengan objek wisata adat yang berada di Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli. Di Desa tersebut masih ada 10 rumah adat khas Nias wilayah utara. Rumah adat tersebut merupakan rumah panggung dari kayu berbentuk oval. Dengan menggunakan pasak kayu sebagai perekat antara material kayu pada pembangunan rumah adat itu.

Dari penuturan warga setempat di lokasi tersebut dulunya terdapat 25 rumah adat. Setiap tahun rumah adat harus mengganti atap yang terbuat dari daun sagu atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumbia. Untuk melakukan penggantian atap dibutuhkan biaya berkisar Rp 10-15 juta sekali pergantian secara menyeluruh. Bila tidak diganti rumbia akan membusuk sehingga menyebabkan  bocor saat sedang hujan. Lama-kelamaan kayu pada rumah adat pun akan ikut mengalami pembusukan akibat air hujan yang masuk dari atap yang bocor. 

Saat menuju tempat acara para peserta  dikawal oleh fotuwusö (pemuda) yang berpakaian adat, dengan membawa toho (tombak) dan baluse (perisai), sembari melantunkan syair-syair bölihae, yaitu tradisi penyemangat dalam perjalanan dengan iringan musik faritia(gong kecil).

Sesampai di lokasi acara, peserta disambut dengan Tari Famalega Bola (tari mengusung tempat sirih) dilanjutkan dengan Fangowai dan Fame Afo (tradisi penyambutan berupa tutur adat oleh para tetua adat dan pemberian sirih kepada tamu) serta atraksi Tari Folaya Ba Gowasa (tari yang biasa ditampilkan dalam pesta adat). 


Anak-anak muda di Desa itu juga memberikan pertunjukan permainan musik tradisional tutuhao (alat musik dari bambu). Selain kegiatan itu, para wisatawan juga menyaksikan beberapa aktivitas keseharian masyarakat Desa Tumöri, seperti mogai akhe (memanjat pohon aren untuk mengambil nira) sebagai bahan pembuatan tuo mbanua (tuak kampung dan juga tuo nifarö (tuak suling), proses pembuatan gowi nifufu (ubi yang ditumbuk) dan molöwösi ba mbulu damo (membungkus makanan dengan daun).

Juga diperlihatkan bagaimna maneu banio (memanjat pohon kelapa), manula banio(mengupas kelapa dengan alat tradisional), mogao banio (memarut kelapa dengan alat tradisional), dan mananö tuwua (penanaman bibit kelapa) oleh peserta West Sumatera International Yacht Rally 2022.

Selain itu, wisatawan diajak untuk belajar molalau tufo keleyemö (menganyam tikar dari bahan tanaman keleyömö), dan molalau bola (menganyam tempat sirih). 

Saat makan siang, para wisatawan disuguhi masakan tradisional Nias khas Desa Tumöri, yaitu gowi nifufu (ubi tumbuk), lehedalö nifange (gulsi daun talas muda), gae nirino (pisang rebus),  bulu gowirio(daun singkong), tödö gae_(jantung pisang rebus), ia nibinögö (ikan pepes), fale (ikan yang dipepes dengan campuran kelapa muda), simbi mbawi (rahang babi rebus), niowuru (daging babi asin), dan fakhe nilöwösi (nasi yang dibungkus daun). 

Diakhir kunjungan para wisatawan bersama warga Desa melakukan Tari Maena diiringi alat musik tradisional berupa genda (gendang), aramba (gong besar), faritia (gong kecil), koroco (ukulele  khas Nias).

Setelah dari Desa Tumöri, peserta Sumatera International Yacht Rally 2022 mengunjungi Gua Togindrawa yang berada di Desa lolowonu Niko’otano, Kecamatan Gunungsitoli. Berdasarkan penelitian bertahap yang dilakukan balai arkelogi sumatera utara tahun 1999 sampai 2002 diperkirakan di gua tersebut telah dihuni sejak sekitar 12 ribu tahun yang lalu hingga berkisar tahun 1150 Masehi. Saat penelitian dilakukan ditemukan berbagai bukti peninggalan seperti berupa alat-alat batu yang berkarakter mesolitik, diantaranya serpih batu, batu pukul dan pipisan. Temuan lain berupa sisa-sisa vertebrata yang terdiri dari ikan (Pisces), ular (Ophodia), buaya (Squamosa), kura-kura (Testudinidae), hewan pemakan daging (Carnivora), Hewan pengerat (Rodentia), kelelawar (Chiroptera), hewan berkuku genap (Artiodactyla) dan Primata cangkang moluska yang terdiri dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda. 

Dihari berikutnya para wisatawan mengunjungi Air Terjun Humogo yang berada di Fadoro Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Objek wisata Air Terjun Humogo yang terletak sekitar 18 Km dari pusat Kota Gunungsitoli tersebut memiliki bentangan air terjun yang cukup lebar dikedua sisi. Tinggi air terjunnya mencapai 8 (delapan) meter dan lebarnya juga kurang lebih 8 (delapan) meter.

Para wisatawan juga mengikuti gala dinner di Taman Ya’ahowu kota Gunungsitoli dengan dihibur berbagai atraksi yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Gunungsitoli.

West Sumatera Yacht Rally 2022 berlangsung dari tanggal 15 Maret 2022 hingga 10 Juni 2022, melintasi 14 titik pemberhentian di Pulau Sumatera wilayah barat, berangkat dari Sabang dan berakhir di Natuna. Kegiatan ini diikuti oleh 15 yacht, dengan jumlah peserta 26 orang dari berbagai negara. Untuk di Kota Gunungsitoli singgah 7 yacht dengan 18 orang peserta dari 8 negara. 

Yacht sendiri merupakan jenis perahu layar ringan kelas mewah, dengan penumpang di bawah 10 orang, biasanya dimiliki oleh orang-orang kaya yang gemar berlayar lintas negara, untuk berwisata sekaligus berpetualang di lautan.

4 Komentar