Sepenggal Kisah Tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara

Barus bukanlah sebuah perkotaan yang modern , tetapi barus punya berbagai kisah dan sejarah peradaban yang sudah tua. Semua itu terlihat dari berbagai peninggalan sejarah dalam bentuk fisik maupun berbagai kisah dalam tradisi lisan.  

Baru-baru ini nama seorang ulama kelahiran barus juga digunakan untuk menamai jembatan yang dibangun senilai 52 M yakni Jembatan Hamzah Al-Fansuri Barus. Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan 4 desa di kecamatan barus dengan penduduk kurang lebih 3 ribu jiwa.

Sebagai daerah yang memiliki banyak kisah, barus juga menjadi wilayah yang memiliki sumbangsih sejarah bagi kehidupan beragama di Indonesia, terkhusus agama islam. Dari catatan sejarah, barus merupakan daerah yang pertama sekali dimasuki agama islam di Nusantara. 

Bukti masuknya islam di nusantara melalui barus tersebut, dibuatlah Tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara. Tugu tersebut tepatnya terletak di kelurahan pasar baru gerigis, kecamatan barus  dan telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 yang lalu.

Pembuatan tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara di inisiasi oleh Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI), dimana ketua umumnya saat itu adalah Albiner Sitompul. Seorang purnawirawan TNI yang pernah menjabat sebagai Komandan Kodim 0212 Sibolga/Tapteng.

Untuk mencapai lokasi tugu, dari sibolga ditempuh perjalanan kira-kira  sejauh 66 Km ke arah singkil dengan memakan waktu sekitar 1,5 Jam. Pengunjung dari luar daerah sibolga dan tapanuli tengah maupun yang baru pertama sekali ingin datang, sebaiknya membawa seseorang yang telah mengetahui jalur yang ditempuh sebagai penunjuk jalan atau menggunakan aplikasi google map. 

Tugu yang saat ini berada hanya beberapa meter dari pinggir laut tersebut dulunya adalah lokasi mesjid raya barus. Namun karena abrasi pantai mesjid tersebut akhirnya dipindahkan tak jauh dari lokasi semula.  Bahkan konon jauh sebelum itu, lokasi yang saat ini sebagai tempat tugu adalah lautan tempat kapal-kapal berlabuh, kapal-kapal tersebutlah yang ditumpangi para saudagar pedagang yang turut menyebarkan agama islam di nusantara.

Semenjak adanya tugu, lokasi tersebut menjadi salah satu objek wisata yang selalu ada pengunjungnya, terutama disaat hari libur, apalagi jika liburan hari besar agama islam. Dampak ekonominya, masyarakat sekitar pun membuka usaha yang menyediakan makanan dan minuman bagi para pengunjung.

Keberadaan tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara menambah rangkaian kunjungan wisata religi di barus. Karena sebelumnya telah di kenal pemakaman papan tinggi, di desa penaggahan, kecamatan barus utara dan pemakaman mahligai. Dua komplek pemakaman ini, menjadi kunjungan para peziarah yang sekaligus melakukan wisata religinya.  

Tugu yang saat ini berbentuk bola dunia dengan disanggah tiga tiang tersebut sebelumnya berbentuk tidak persis sama saat pertama sekali dibuat, bahkan saat Jokowi meresmikannya bentuknya belum seperti sekarang ini. Namun berbentuk seperti periuk tanah terbalik dimana keseluruhan sisinya digambar peta dunia. 

Penggunaan tiga tiang menurut JBMI menyimbolkan falsafah adat batak yakni dalihan na tolu, memiliki arti tungku yang berkaki tiga. Tungku yang berkaki tiga harus memiliki keseimbangan yang setara, karena jika satu kaki saja rusak maka tungku tidak dapat digunakan. Sangat berbeda dengan tungku berkaki empat maupun lima, dimana jika satu kakinya rusak. Masih dapat digunakan dengan penyesuaian fungsinya.

Falsafah tungku berkaki tiga tersebut  dalam adat batak dipakai sebagai tiga kedudukan kekerabatan darah dan hubungan perkawinan yaitu, pertama, somba marhula-hula artinya hormat kepada pihak istri. Kedua, elek marboru artinya mengayomi kelompok saudara perempuan dan ketiga, manat mardongan tubu, artinya bersikap hati-hati kepada teman semarga.

Entah karena apa, bentuk yang semula seperti periuk tanah terbalik tersebut dirubah menjadi bentuk bola dunia seperti sekarang ini. Kabarnya dilokasi tersebut pemerintah daerah tapanuli tengah berencana membangun kawasan terpadu peradapan islam, dilokasi direncanakan akan dibangun mesjid besar sebagai simbol peradaban islam. Namun hingga saat ini, rencana tersebut belum ada tanda-tanda akan di realisasikan. 

Meski demikian kita berharap, rencana pembanguna tersebut dapat segera di laksanakan agar menambah nilai sejarah dan religi objek wisata tersebut.


53 Komentar

  1. Jadi tertarik ingin kesana
    Saya kan penyuka sejarah khusus nya tampak tilas
    Kalau ada buku tentang Barus ingin beli nya nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya saya pernah lihat bukunya. Tapi sepertinya cetakan lama

      Hapus
  2. Saat tinggal di Sumatera Utara di periode 2002-2007 tapi saya sepertinya belum sempat ke Barus ini. Saya lupa. Yang jelas beberapa kali sama suami roadtrip kemana-mana di Sumatera Utara. Pernah keliling kota-kota di seputar Danau Toba. Juga ke tempat lainnya.Coba saya dia tanya nanti:)
    Saya juga baru tahu sejarah peradaban Islam dari artikel ini.
    Semoga terwujud rencana untuk mendirikan kawasan religi terpadu sehingga pariwisata setempat berkembang dan wisatawan bisa lebih tertarik untuk datang

    BalasHapus
  3. Barus pun konon dinamakan Barus karena kapur nya yang mendunia. Bener kah itu bang Andi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kapur barus sangat mendunia. Jauh sebelum seperti sekarang, barus sudah lama dikenal

      Hapus
  4. Nol kilometer, Barus di Sumatera Utara. Kalo ga mampir ke blog ini mana tahu saya tempat itu. Ga pernah jalan-jalan

    BalasHapus
  5. Falsafah tungku terbalik menarik sekali. Harusnya tugunya tetap berbentuk tungku terbalik saja ya, karena punya makna yang mendalam sekaligus sebagai pengingat bagi generasi sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya begitu, tapi kita tidak tahu apa penyebabnya diganti

      Hapus
  6. Saya baru tau kalau ada kota Barus, yang terletak diwilayah Sumatera Utara.
    Pasti banyak menyimpan sejarah ya, apalagi tadi ngeliat foto yang dibagikan di artikel ini.
    Ada tungku dengan 3 kaki

    BalasHapus
  7. Saya jujur baca dna tahu soal kota Barus ini, Mas Andi.
    Dan kehadiran tugu kilometer membuat orang semakin banyak datang berkunjung dan akhirnya dikenal banyak orang. Dan falsafah soal tungku kaki menarik sekali juga Mas. Jadinya dipertahankan saja, tidak perlu pakai bola dunia.

    Hanya karena letaknya sangat dekat di tepi laut, apa tidak khawatir kena abrasi juga ya, Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Posisi daratannya sudah semakin luas ke arah pantai, jadi mungkin untuk abrasi sudah semakin kecil

      Hapus
  8. Nah saya juga lebih setuju kalo tetap mempertahankan simbol periuk tanah dengan tiga kaki itu. Kalau pake bola dunia kok tidak khas lagi dan mengaburkan philosofi budaya Barus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia mbak, saya juga kurang tahu apa penyebabnya ditukar

      Hapus
  9. kirain gak benar ih daerah Barus adalah daerah pertma penyebaran agama islam di nusantara ini. masyaAllah....jadi pengen lihat langsung. biasanya cuma lewat doang saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan-kapan singgah mbak.jangan cuma lewat dong

      Hapus
  10. wuah iya
    masuk juga itu falsafah tungku kaki 3
    kubayangin barusan, kalau hilang 1, langsung roboh
    kalau kaki 4, hilang 1, masih kokoh

    BalasHapus
  11. Wah menarik sekali di sana ada tugu yang menandai ttg peradaban Islam. Semoga kehadiran tugu itu makin memajukan pariwisata di kawasan sana ya. Filosofi kaki tiganya bagus sekali.
    Moga kelak berkesempatan liat tugunya langsung ke sana :D

    BalasHapus
  12. Saya baru tahu ada tugu kilometer nol.Semoga kelak bisa berkesempatan melihat langsung tugu yang unik ini

    BalasHapus
  13. Barus! @_@

    Setelah sekian purnama ingin mengatahui sekadar cerita dari sisi blogger, akhirnya ada.
    Barus memang 0 km-nya peradaban Islam, karena perdagangan dengan Jazirah Arab bahkan sebelum ada agama Islam. Produk utamanya, kapur barus, bahkan tertulis di ALquran. Keren! Suatu saat semoga bisa ke sana. Aamiin.

    BalasHapus
  14. Ternyata ada tugu nol kilometer peradaban islam. Benar-benar bersejarah ya. Dan saya baru tahu, duh selama ini kemana aja...? hehe thank you ulasannya jadi nambah khazanah pengetahuan

    BalasHapus
  15. Ternyata ada yaa yang namanya 0 km peradaban Islam. Selama ini yaa tahunya tugu 0 km yang ada di Aceh sana. Terima kasih sudah menambah wawasan kami yaa kak~

    BalasHapus
  16. Filosofi tungku kebalik unik ya, Mas. Seandainya bola dunianya tetap tungku makin kebaca sejarahnya ya Mba

    BalasHapus
  17. Ipeh baru tau loh ada kota Barus. Saat baca sempat bingung, apa ini bukan di Indonesia? Eh, pas baca terus sampai pertengahan, baru tau ternyata di Sumatera Utara, ya.

    Dari filosofi tiga kaki itu, Ipeh jadi tau juga nih. Kenapa, sesama marga itu selalu kompak sekali. Ternyata memang harus sama-sama dijaga, ya.

    Semoga bisa kesampaian main ke sana

    BalasHapus
  18. Keren juga yaaa. Aku tahunya titik nol kilometer jogja hehe. Semoga suatu hari nnti, saya ditakdirkan mengunjungi tugu nol km peradaban islam.😊

    BalasHapus
  19. Dari cerita sangat memotivasi untuk melihat secara dekat sejarah ini, menjadi ilmu baru terkait peradaban islam nusantara

    BalasHapus
  20. Wah makna filosofi dari tiga tiang penyangga tugu berbentuk bola tersebut sangat dalam sekali ya. ..
    Pemandangan kota barus bagus sekali. Semoga saya punya kesempatan untuk berkunjung kesana. .. .

    BalasHapus
  21. Wahhh...saya baru tau juga ada tugu di Barus. Melalui tulisan ini saya lebih mengenal sejarah peradaban Islam di Sumatra Utara. Dulu sih pernah ke sana, tapi hanya ke Danau Toba dan Berastagi.

    BalasHapus
  22. Sebelum baca isinya tadi kirain tugu kilometer yang terkenal di Jogja itu. Ternyata di Barus yah. Aku baru tahu nama daerah Barus dari artikel ini. Bener2 baru buatku. Terimakasih ❤️

    BalasHapus
  23. Tiap baca tulisan tentang tugu kilometer nol ini suka terpikir, kapan ya aku bisa menjelajah ke sana. Suka penasaran dengan daerah yang namanya Barus ini, apalagi pernah ada juga teman yang menuliskan tentang tempat wisata di sana

    BalasHapus
  24. Keren ya. Pembangunan tugu disesuaikan dengan falsafah ada tungku berkaki tiga. Sangat menarik

    BalasHapus
  25. wah saya baru tau loh ada tugu ini, haha. mungkin karena jauh dari tempat tinggal saya jadi baru tahu. keren juga ini tempat wisata, bisa jadi salah satu wishlist untuk kesini. terima kasih infonya.

    BalasHapus
  26. Mantap artikelnya Bg Andi, saya punya adik di Pandan-lah... kan udah dekat itu ke Barus ya, kl ada kesempatan pingin jugalah ke tugu kilometer 0 peradaban Islam nusantara. Nice share, Bangnda

    BalasHapus
  27. Baca judul sekilas aku kira kilometer nol nya indonesia , ternyata kilometer nol peradapan islam.. baru tau aku ada tugu ini, insyaalloh di mudahkan traveling, aamiin

    BalasHapus
  28. Ya Allah aku baru tahu kalau ada sejarah perdagangan Islam di Sumatera Utara.
    Artikelnya menarik kak. Aku bagai nemuin harta karun

    BalasHapus
  29. Bicara Baros, rasanya akan menghabiskan banyak kopi karena sejarah lokal ini menginternasional. Sejarah awal perdagangan muslim di Indonesia

    BalasHapus
  30. Waah baru tau kak ternyata ada juga tugu nol kilometer selain di aceh dan di jogja. Destinasi yang wajib dikunjungi ini untuk belajar sejarah.

    BalasHapus
  31. Baca Barus, langsung ingat kapur barus. Ternyata ini nama kota dan tempat awal mula masuknya agama Islam di nusantara ini.

    BalasHapus
  32. jadi pengen baca sejarah masuknya Islam di Barus. periuk dengan tiga kaki tersebut ada sejarah dan filosofinya. jadi kalo diganti bola dunia, khawatir tercerabut akar sejarahnya

    BalasHapus
  33. Barus ini nama marga kan bang? Apakah beliau seorang mualaf? Saya punya sahabat dengan marga Barus yang Katolik. Jujur saya baru tahu loh ini sejarahnya. Masih banyak yang bisa dieksplorasi. Terima kasih sharingnya.

    BalasHapus
  34. Baru tau ada kota Barus, selama ini taunya kapur Barus. berarti pohon kamper atau pohon barus bmyk terdapat disini ya kak? btw sy penasaran itu simbol tungku kok diubah jadi bola dunia..? pdahal lbh menarik tungku itu lho katena ada cerita sejarahnya dibanding bola dunia hehe

    BalasHapus
  35. Wah, ada kota namanya Barus, ya? Beneran ilmu baru nih buatku. Mendalami cerita sejarah memang seru, ya. Selalu ada cerita unik yang membuat kita terkagum-kagum.

    BalasHapus
  36. Saya sangat suka Sejarah tapi hanya lebih banyak membaca dari buku, berharap stlah pandemi ini bisa jalan2 mengunjujgi tempat2 bersejarah secara lansung

    BalasHapus
  37. Terus terang baru sekarang saya tahu tentang daerah ini. Namanya belum familiar buat saya, syukurlah ada artikel ini jadi saya makin tahu bahwa, ada daerah yang bernama Barus.

    BalasHapus
  38. sesungguhnya aku pun sama baru tau ada kota Barus, jadi pengen ke sana ya ciicip langsung tugu nol kilometernyaa

    BalasHapus
  39. Saya baru tahu ada jejak peradaban Islam di daerah ini. Baru tahu juga kalau kapur barus itu berasal dari daerah Barus. Luar biasa. Beruntung saya temukan tulisan mantap ini. Terima kasih sharingnya 😊

    BalasHapus
  40. Saya jadi tertarik pergi ke sana. Saya juga baru tau sama daerah Barus. Nanti kalau saya ke Nias saya hubungi Mas Andi ya :D

    BalasHapus
  41. Baru tahu wisata ini kak... tadi tugu kilometer o kirain di aceh... kalau tugu khatulistiwa malah saya udah nyampe di pontianak

    BalasHapus
  42. Wah kalau jalan2 ke barus kayaknya tugu nol ini wajib kali didatangi. Saya lumayan suka wisata sejarah begini, tempatnya juga bagus kayaknya

    BalasHapus
  43. Barus, sempat bingung di awal postingan barus ini di sebelah mana, ternyata dijelaskan dibawahnya. Aku jadi keinget kapur barus. Apakah kapur barus itu dari sini mas?

    Menarik sekali ya tempat wisata tugu kilometer nol tapi untuk penyebaran agama islam, bisa jadi salah satu tempat wisata religi yang penuh makna ini, refleksi islam masuk nusantara

    BalasHapus
  44. Beberapa kali ada agenda rihlah ke harus tapi belum kesampaian ikut.

    BalasHapus